BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan merupakan
perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat
atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah merupakan masa keemasan
sekaligus dengan masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan
menentukan perkembangan anak selanjutnya, masa ini merupakan masa yang tepat
untuk meletakan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional,
moral dan nilai-nilai agama, kognitif dan seni.
Keterampilan
sosial-emosional pada anal usia dini akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain, dan
produktif.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
·
Bagaimana
reaksi dan pola emosional yang terjadi pada masa bayi?
·
Bagaimana
perkembangan sosial emosional yang terjadi pada anak usia pra sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kajian teoritis
Perkembangan adalah
perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat
atau berkualitas. Perkembangan sosial anak usia dini, yaitu perkembangan sosial
emosional anak dari masa bayi hingga masa- masa awal sekolah dasar.
Perkembangan sosial
emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi kepribadian, dan hubungan
interpersonal (Papua, dkk, 2004) . Perkembangan sosial emosional berkisar
tentang proses sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai- nilai
dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, dkk, 2002).
Kesiapan sosial
emosional seorang anak merupakan faktor penting bagi keberhasilan pengembangan
anak usia pra sekolah, keberhasilannya pada tahun- tahun awal di sekolah (sekitar
kelas satu dan dua sekolah dasar) , bahkan keberhasilannya kemudian hari
2.2
Reaksi Dan Pola Emosional Pada Bayi
Keadaan psikologis
pada masa bayi adalah pada masa lahir emosi tampak dalam bentuk sederhana
hampir tidak terlihat, dapat bertambahnya usia berbagai reaksi emosional
menjadi lebih dapat dibedakan dan emosional dapat ditimbulkan rangsangan. Ada dua ciri yaitu :
1. Emosi bayi sangat berbeda misalnya
disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang
menimbulkannya terutama dalam hal maram atau takut.
2. Emosi lebih mudah dibiasakan pada
masa bayi dibandingkan pada periode lain yang disebabkan karena kemampuan
intelektual pada masa bayi sehingga mudah bereaksi terhadap rangsangan.
Contohnya: bayi tidak mau masuk ke kamar dokter kalau kunjungan terakhir
disuntik.
Pola emosional yang
lazim pada bayi adalah kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.
2.3
Perkembangan Sosial Emosional Pada
Masa Usia Pra sekolah
Dalam periode pra
sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan berbagai orang dari berbagai
tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya
dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri
dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial
diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon
lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai memantapkan
identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan
berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai
anak keras kepala.
Di usia ini anak
mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai
berikut:
a. Berkembangnya konsep diri
b. Munculnya egosentris
c. Rasa ingin tahu yang tinggi
d. Imajinasi yang tinggi
e. Belajar menimbang rasa
f. Munculnya kontrol internal
g. Belajar dari lingkungannya
h. Berkembangnya cara berfikir
i.
Berkembangnya
kemampuan bahasa
j.
Munculnya
perilaku “buruk”
Baiklah penulis bahas
satu persatu sebagai berikut:
a. Berkembangnya konsep diri, secara
perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa
dirinya, identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi
diri). Segalanya ingin ia coba, ia merasa dirinya bisa.
b. Munculnya egosentris, diusia ini
anak berfikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya
ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku
anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada
anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya. Wajarlah jika saat
seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini
anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan
menyalahkan orang lain.
c. Rasa ingin tahu yang tinggi, rasa
ingin tahu meliputi berbagai hal termasuk seksual sehingga ia selalu
bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d. Imajinasi yang tinggi, imajinasi
yang tinggi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak
sulit membedakan mana khayalan mana kenyataan. Ia kadang suka melebih- lebihkan
cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner (teman yang tidak
pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala pengalaman dan
perasaannya.
e. Belajar menimbang rasa, Diusia 4
tahun minat meniru terhadap teman- temannya mulai berkembang, anak mulai bisa
terlibat dalam permainan kelompok bersama teman- temannya walaupun kerap
terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri.
Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain
rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa
sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak mulai belajar konsep benar
salah.
f. Munculnya control internal, Kontrol
internal muncul di akhir masa usia pra sekolah, perasaan malu mulai muncul ia
akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan
demikian tepatnya diusia 5 tahun ia sudah siap terjun kelingkungan di luar
rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang di
harapkan.
g. Belajar dari lingkungan, Anak mulai
meniru apa yang sering dilakukannya ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan
model yang dilihatnya misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti apa yang
di lihatnya di TV dan ia pun akan bercita- cita sama seperti profesi orang
tuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.
h. Berkembangnya cara berfikir, Anak
mulai mengembangkan pemahamannya tentang hubungan benda antara bagian dan
keseluruhan. Pemahaman konsep waktu belum berkembang sempurna anak belum bisa
membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.
i.
Berkembangnya
kemampuan berbahasa, dibidang masa sebelumnya anak lebih bisa diajak
berkomunikasi, ia mulai mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun
kadang- kadang ia ingin bereksperimen dengan kata- kata yang kotor atau yang
mengejutkan orang tuanya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ø Dari uraian yang telah dikemukakan,
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: sejak bayi, seseorang sudah ada emosi
yang tampak yang dapat ditimbulkan melalui rangsangan.
Ø Perkembangan sosial-emosional
diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon
lingkungan terhadap anak.
Ø Pada usia dini anak mengalami
perubahan baik fisik dan mental dengan berbagai karakter.
Ø Setiap perkembangan memiliki
tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau arah tertentu begitupun dengan
perkembangan sosial-emosional.
3.2
Saran
Mengetahui pola dan reaksi
sosial-emosional terhadap anak sangat penting untuk menjelaskan keterampilan
emosi dan sosial karena anak akan memperoleh manfaat dari itu yaitu anak-anak
dengan keterampilan emosional lebih bahagia, lebih percaya diri dan lebih
sukses di sekolah, dan akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab, peduli pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hildayani, Rini. 2005. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Shapiro, Lawrence E. 1997. Mengajarkan Emosional
Intelligence. Jakarta
: Eramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar