Social Icons

Pages

Kamis, 17 Mei 2012

Reaksi dan Emosi pada Bayi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus dengan masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya, masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama, kognitif dan seni.
Keterampilan sosial-emosional pada anal usia dini akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain, dan produktif.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
·         Bagaimana reaksi dan pola emosional yang terjadi pada masa bayi?
·         Bagaimana perkembangan sosial emosional yang terjadi pada anak usia pra sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Kajian teoritis
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan sosial anak usia dini, yaitu perkembangan sosial emosional anak dari masa bayi hingga masa- masa awal sekolah dasar.
Perkembangan sosial emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papua, dkk, 2004) . Perkembangan sosial emosional berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai- nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, dkk, 2002).
Kesiapan sosial emosional seorang anak merupakan faktor penting bagi keberhasilan pengembangan anak usia pra sekolah, keberhasilannya pada tahun- tahun awal di sekolah (sekitar kelas satu dan dua sekolah dasar) , bahkan keberhasilannya kemudian hari

2.2  Reaksi Dan Pola Emosional Pada Bayi
Keadaan psikologis pada masa bayi adalah pada masa lahir emosi tampak dalam bentuk sederhana hampir tidak terlihat, dapat bertambahnya usia berbagai reaksi emosional menjadi lebih dapat dibedakan dan emosional dapat ditimbulkan rangsangan. Ada dua ciri yaitu :
1.      Emosi bayi sangat berbeda misalnya disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya terutama dalam hal maram atau takut.
2.      Emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode lain yang disebabkan karena kemampuan intelektual pada masa bayi sehingga mudah bereaksi terhadap rangsangan. Contohnya: bayi tidak mau masuk ke kamar dokter kalau kunjungan terakhir disuntik.
Pola emosional yang lazim pada bayi adalah kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.

2.3  Perkembangan Sosial Emosional Pada Masa Usia Pra sekolah
Dalam periode pra sekolah, anak mampu mengembangkan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan, sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan berbagai pertanyaan. Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut:
a.       Berkembangnya konsep diri
b.      Munculnya egosentris
c.       Rasa ingin tahu yang tinggi
d.      Imajinasi yang tinggi
e.       Belajar menimbang rasa
f.       Munculnya kontrol internal
g.      Belajar dari lingkungannya
h.      Berkembangnya cara berfikir
i.        Berkembangnya kemampuan bahasa
j.        Munculnya perilaku “buruk”
Baiklah penulis bahas satu persatu sebagai berikut:
a.       Berkembangnya konsep diri, secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi diri). Segalanya ingin ia coba, ia merasa dirinya bisa.
b.      Munculnya egosentris, diusia ini anak berfikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya. Wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.
c.       Rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin tahu meliputi berbagai hal termasuk seksual sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d.      Imajinasi yang tinggi, imajinasi yang tinggi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana khayalan mana kenyataan. Ia kadang suka melebih- lebihkan cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner (teman yang tidak pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala pengalaman dan perasaannya.
e.       Belajar menimbang rasa, Diusia 4 tahun minat meniru terhadap teman- temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan kelompok bersama teman- temannya walaupun kerap terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak mulai belajar konsep benar salah.
f.       Munculnya control internal, Kontrol internal muncul di akhir masa usia pra sekolah, perasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya diusia 5 tahun ia sudah siap terjun kelingkungan di luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang di harapkan.
g.      Belajar dari lingkungan, Anak mulai meniru apa yang sering dilakukannya ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti apa yang di lihatnya di TV dan ia pun akan bercita- cita sama seperti profesi orang tuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.
h.      Berkembangnya cara berfikir, Anak mulai mengembangkan pemahamannya tentang hubungan benda antara bagian dan keseluruhan. Pemahaman konsep waktu belum berkembang sempurna anak belum bisa membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.
i.        Berkembangnya kemampuan berbahasa, dibidang masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi, ia mulai mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun kadang- kadang ia ingin bereksperimen dengan kata- kata yang kotor atau yang mengejutkan orang tuanya.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ø  Dari uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: sejak bayi, seseorang sudah ada emosi yang tampak yang dapat ditimbulkan melalui rangsangan.
Ø  Perkembangan sosial-emosional diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.
Ø  Pada usia dini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berbagai karakter.
Ø  Setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau arah tertentu begitupun dengan perkembangan sosial-emosional.

3.2  Saran
Mengetahui pola dan reaksi sosial-emosional terhadap anak sangat penting untuk menjelaskan keterampilan emosi dan sosial karena anak akan memperoleh manfaat dari itu yaitu anak-anak dengan keterampilan emosional lebih bahagia, lebih percaya diri dan lebih sukses di sekolah, dan akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli pada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Hildayani, Rini. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Shapiro, Lawrence E. 1997. Mengajarkan Emosional Intelligence. Jakarta : Eramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text