PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Sejak jaman
dahulu, anak-anak – manusia dan binatang senantiasa bermain. Pada
dinding-dinding kuil dan kuburan orang-orang Mesir kuno ditemukan relief-relief
yang menggambarkan anak-anak sedang bermain. Menurut sebagian para ahli, bola
yang terbuat dari kain atau kulit-kulit binatang merupakan salah satu alat
bermain yang tertua. Demikian juga “gasing”, yang disebut oleh filosof Plato
dalam bukunya Republic , dan dijadikan sebagai simbol
kehidupan oleh salah seorang penyair Romawi. “Hidup kita ini, “ katanya,
“bagaikan gasing. Ia ditarik dengan tali namun tetap berputar dan menari”.
Bagi anak,
bermain adalah suatu kegiatan yang serius, namun mengasyikan. Melalui aktivitas
bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah aktivitas yang dipilih
sendiri oleh anak, karena menyenangkan, bukan karena akan memperoleh hadiah
atau pujian. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa anak adalah pembangun teori yang
aktif (theory builder). Bermain adalah salah satu alat utama yang
menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di mana anak
mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara
aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai
kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya untuk belajar. (Agustin,
2005).
Para ahli
memiliki keragaman pandangan tentang bentuk-bentuk pembelajaran anak usia dini.
Pandangan dengan berbagai latar belakang filosofisnya tersebut banyak disebut
dengan sitilah model pembelajaran. Apakah model ? Model secara sederhana adalah
”gambaran” yang dirancang untuk mewakili kenyataan. Model didefinisikan
sebagai “a replica of the fhenomena it attempts to explain” (Runyon,
dalam Rakhmat, 1988:59). Jadi dalam kegiatan pembelajaran model dapat dimaknai
sebagai suatu pola atau gambaran yang menjelaskan tentang berbagai bentuk,
pandangan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.
Adapun
model-model pembelajaran anak usia dini dapat didefinisikan sebagai serangkaian
pola, bentuk, kegiatan ataupun cara pandang kelompok tertentu terhadap kegiatan
belajar anak usia dini.
Ada
pula yang mengartikan model pembelajaran merupakan suatu rancangan untuk
menggambarkan rincian dan penciptaan lingkungan yang menjadikan anak untuk
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan / perkembangan pada
diri anak. Komponen
model pembelajaran meliputi konsep, tujuan pembelajaran, materi / tema,
langkah-langkah metode, alat/sumber belajar dan teknik evaluasi.
Dasar
penyusunan model pembelajaran di TK yakni silabus yang dikembangkan menjadi :
program semester, satuan kegiatan mingguan, satuan kegiatan harian. Oleh karena
itu model pembelajaran merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan
peserta didik sesuai skh yang telah dibuat.
B.
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN DI PAUD
Beberapa
model pembelajaran yang dilaksanakan di taman kanak-kanak :
1. Model pembelajaran klasikal
1. Model pembelajaran klasikal
Adalah pola pembelajaran dimana
dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu
kelas. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling awal
digunakan di TK, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas,
serta kurang memperhatikan minat individu anak. Seiring dengan perkembangan
teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan.
2.
Model pembelajaran kelompok dengan
kegiatan pengaman
Adalah pola pembelajaran dimana
anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok (biasanya menjadi tiga kelompok),
masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda. Dalam satu pertemuan,
anak didorong harus mampu menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dalam kelompok secara
bergantian. Apabila dalam pergantian kelompok terdapat anak-anak yang sudah
menyelesaikan tugasnya lebih cepat daripada temannya, maka anak tersebut dapat
meneruskan kegiatan lain selama dalam kelompok lain masih ada tempat. Jika
sudah tidak ada tempat, anak-anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu
yang sudah disediakan oleh guru, dan tempat itulah yang disebut dengan kegiatan
pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih
bervariasi dan sering diganti sesuai dengan tema atau subtema yang dibahas.
Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas yang meliputi penataan ruangan
maupun pengorganisasian peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dan program
yang direncanakan akan membantu pencapaian pembelajaran yang optimal. Untuk itu
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah :
·
Penataan perabot di ruangan harus disesuaikan dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan.
·
Pengelompokkan meja dan kursi anak disesuaikan dengan
kebutuhan sehingga ruang gerak peserta didik leluasa. Susunan meja kursi dapat
berubah-ubah. Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk di kursi,
tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet.
·
Dinding dapat digunakan untuk menempelkan sarana yang
dipergunakan sebagai sumber belajar dan hasil kegiatan anak, tetapi jangan
terlalu banyak sehingga dapat mengganggu perhatian anak.
·
Peletakan dan penyimpanan alat bermain diatur
sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan
yang ingin dicapai seperti kemandirian, tanggung jawab, membuat keputusan,
kebiasaan mengatur kembali peralatan dan sebagainya.
Alat bermain untuk kegiatan pengaman diatur dalam
ruangan, sehingga dapat berfungsi apabila diperlukan oleh peserta didik.
3.
Model pembelajaran berdasarkan
sudut-sudut
Model
pembelajaran ini menyediakan sudut-sudut kegiatan yang menjadi pusat kegiatan
pembelajaran berdasarkan minat anak. Alat-alat yang disediakan harus bervariasi
mengngat minat anak yang beragam. Alat-alat tersebut juga harus sering diganti
disesuaikan dengan tema dan subtema yang dibahas.
4.
Model pembelajaran area
Model
ini pada dasarnya hamper sama dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut
kegiatan. Model ini lebih member kesempatan kepada anak didik untuk memilih
kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya.
Kecuali itu juga menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan
kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses
pembelajaran.
5.
Model pembelajaran berdasarkan sentra
Adalah pendidikan
pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran dan sentra
bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam
lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain Sentra
bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain,
berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan
seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang.
Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok setiap TK.
Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan
fokus pada satu kelompok usia TK dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan
Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain : bermain
sensori motor / fungsional , bermain peran , bermain konstruktif ( membangun
pemikiran anak ).
Bermain
sensorimotor adalah permainan menangkap rangsangan melalui penginderaan dan
menghasilkan gerakan sebagai reaksi. Anak belajar melalui pancaindera dan
hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Misal : menakar air, meremas kertas
bekas, menggunting, dan lain-lain.
Bermain peran :bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah dimiliki
Bermain peran :bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah dimiliki
Bermain
konstruktif : menunjukkan pemikiran, ide dan gagasan menjadi karya nyata.
Bermain konstruktif sifat cair (air, pasir, spidol dan lain-lain)
Bermain konstruktif (balok-balok, lego, dan lain-lain)
Bermain konstruktif (balok-balok, lego, dan lain-lain)
Model
pembelajaran berdasarkan sentra. Sentra
bermain terdiri dari :
a.
Sentra bahan alam dan sains.
Bahan-bahan
yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu,
biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong,
ember, dan lain-laian
b.Sentra balok.
Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam
berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur. Disini anak belajar banyak hal
dengan cara menyusun / menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika
matematika / berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah
c.Sentra seni.
c.Sentra seni.
Bahan-bahan
yang diperlukan diarea ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting,
kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potongan-potongan bahan / gambar,
sentra seni memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan
ide, gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak ke dalam karya nyata (hasil
karya) melalui metode proyek.
d. Sentra bermain peran.
d. Sentra bermain peran.
Sentra
bermain peran terdiri dari, sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak
sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya, menggunakan boneka maket
meja kursi, rumah-rumahan dan sebagainya. Sentra bermain peran merupakan wujud
dari kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka
dengan memainkan berbagai macam peran. Pemilihan berbagai benda untuk bermain
peran tergantung dari minat anak pada saat itu, misal, tema “keluarga” dengan
alat-alat yang dibutuhkan peralatan dapur dan lain-lain.
e. sentra persiapan.
e. sentra persiapan.
Bahan
yang ada pada sentra ini adalah, buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu
angka dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap-cakap dan persiapan
menulis, berhitung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca
permulaan, menulis permulaan serta berhitung permulaan mendorong kemampuan
intelektual anak, gerakan otot halus, kordinasi mata tangan, belajar
ketrampilan sosial (berbagi, bernegosiasi dan memecahkan masalah).
f. sentra agama.
f. sentra agama.
Bahan-bahan
yang disiapkan adalah maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar,
buku-buku cerita keagamaan dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa. Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu
diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkrit bagi anak
g. sentra musik.
g. sentra musik.
Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik,
misalnya : botol
beling/kaca, tempurung
kelapa, rebana, tutup botol, triangle dan lain-lain. Sentra musik memfasilitasi
anak untuk memperluas pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui
olah tubuh, bermain musik dan lagu yang dapat memperluas pengalaman,
pengetahuan anak tentang irama, berirama (ketukan) dan mengenal berbagai
bunyi-bunyian dengan mengguna kan alat-alat musik yang mendukung misalnya ;
pianika, piano, rebana dll.
Terdapat pula berbagai model
pembelajaran anak usia dini yang didukung oleh aliran-aliran, baik dalam kajian
psikologi dan juga filsafat. Diantara pandangan tersebut adalah sebagai berikut
ini :
1. Model Pembelajaran
Menurut Pandangan Behaviorisme
Menurut pandangan ini, belajar
adalah suatu proses perubahan perilaku yang dapat diamati(observable) dan
dapat diukur (meassurable). Behaviorisme menolak suatu
referensi terhadap keadaan atau proses mental internal yang tidak dapat diamati
dan diukur. Pendekatan terhadap belajar ini dicontohkan oleh kerja Thorndike
& Skinner (Masitoh, dkk, 2003) yang didasarkan atas suatu anggapan
dari penelitian terhadap hewan dalam situasi belajar. Didasarkan pada
eksperimen tersebut, kaum behavioris mengembangkan hipotesis bahwa proses
belajar adalah penerapan hubungan stimulus-respon dengan control dari
lingkungan dan control itu merupakan suatu hal yang potensial untuk penguatan.
Menurut teori ini setiap orang
merespon terhadap berbagai variabel yang terdapat dalam lingkungan.
Kekuatan-kekuatan eksternal merangsang individu untuk bertindak dengan
cara-cara tertentu mungkin positif, dan mungkin negatif. Karena teori ini
didasari oleh asumsi bahwa pada prinsipnya individu itu dapat dibentuk oleh
lingkungan, maka perlakuan terhadap individu melalui tugas, ganjaran, dan
disiplin adalah sangat penting untuk mengembangkan kemampuan anak. Guru harus
mempunyai peranan yang sangat dominan dalam mengendalikan proses pembelajaran
mulai dari penentuan tujuan yang harus dicapai, pemilihan materi, sumber, dan
metode pembelajaran maupun dalam proses mengevaluasi
2. Model
Pembelajaran Menurut Pandangan Kognitivisme
Pandangan kognitif tentang belajar
antara lain diilhami oleh hasil kerja Jean Piaget dan sejawatnya. Menurut Cohen
(Masitoh, dkk, 2003)), model belajar ini secara umum ditandai sebagai tahapan
teori yang menganjurkan bahwa proses berfikir anak dikembangkan melalui empat
tahap yang berbeda. Menurut pendekatan ini proses berpikir bergantung pada
suatu kemampuan untuk mencipta, memperoleh dan mengubah gambaran internal
tentang segala sesuatu yang dialami di lingkungan.
Pendekatan
kognitif menekankan pada proses asimilasi dan akomodasi. Dalam hal ini anak
menjadi problem solver dan pemroses informasi atau transformation
processor. Aspek-aspek tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses
belajar. Menurut pendekatan kognitif, belajar adalah sebagai perubahan
perkembangan.
3. Model Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruksivisme
Menurut
pandangan ini anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Menurut De
Vries (Masitoh, dkk, 2003)) anak harus membangun pengetahuan ketika mereka
bermain. Anak membangun kecerdasannya, kemampuan untuk nalar, moral dan
kepribadiannya. Pendekatan ini sangat menekankan pentingnya keterlibatan anak
dalam proses belajar. Proses belajar hendaknya menyenangkan bagi anak, alami,
melalui bermain, dan memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Menurut David H. Janassen (Masitoh, dkk, 2003)), “Constructivism
proposes that learning environments should support multiple perspectives or
interpretations of reality, knowledge, construction, and context, experience
based activities”. Artinya faham konstruktivisme menyatakan bahwa
lingkungan belajar harus dapat mendukung berbagai perspektif atau interpretasi
tentang kenyataan, pengetahuan, konstruksi dan konteks pengalaman yang
didasarkan pada kegiatan.
4. Model Pembelajaran Menurut Pendekatan High / Scope
Menurut pendekatan ini, anak
memiliki potensi untuk mengembangkan pengetahuannya dan melibatkan interaksi
yang bermakna antara anak dengan orang dewasa. Pengalaman sosial terjadi dalam
konteks kehidupan nyata dimana anak memutuskan rencana dan inisiatifnya
sendiri. Keterlibatan anak dalam proses belajar sangat penting sehingga mereka
memperoleh kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan lingkungannya, dengan
demikian lingkungan belajar harus dapat mendukung aktivitas belajar anak.
5. Model Pembelajaran Menurut Pandangan Progresivisme
Menurut Kohlberg dan Layen (Masitoh,
dkk, 2003)) aliran ini berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam pola
berpikir melalui pengalaman memecahkan masalah. Ketika anak berinteraksi dengan
lingkungan pengalaman nyata dan objek-objek nyata, anak akan mengalami masalah.
Anak akan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya, dan ketika itu
pula akan terjadi perubahan pola berpikir mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar