PEMBAHASAN
A.
Eksistensi
Guru dan Peserta Didik
1. Eksistensi
guru
Pembelajaran
tematik merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian, maka dalam
pelaksanaan nya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu-kesatuan (holistic)
dan kepaduan (integralistic). Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang
mengajar dikelas. Menurut depdiknas (2006), bahwa pembelajaran tematik
memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar
bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan
mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan
utuh.
2. Wawasan
peserta didik
Beban guru yang
semakin meningkat akan berimplikasi pula terhadap beban anak didik. Seperangkat
persiapan guru yang memang harus dapat diikuti oleh anak didik secara seksama.
Menurut Depdiknas (2006), dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada beberapa
hal yang perlu dipahami oleh guru berkaitan dengan anak didik:
1. Anak
didik harus mampu bekerja secara individual, berpasangan atau berkelompok (baik
kelompok kecil maupun klasikal) sesuai dengan tuntutan scenario pembelajaran.
2. Peserta
didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif
misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana dan
pemecahan masalah.
Dengan begitu dilihat dari aspek peserta didik,
pembelajaran tematik memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik.
Selain itu, model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan memotivasi peserta
didik untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan
antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa
indikator dan kompetensi dasar. Dengan menggunakan model pembelajaran tematik,
secara psikologis, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam
untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru.
Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh
menyeluruh, sistematik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajarn model ini
menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek
intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran tematik perlu dilakukan dengan
variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih
banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliknya.
B.
Analisis
kebutuhan bahan ajar, sarana prasarana penunjang, sumber belajar dan media
Pembelajaran
tematis pada hakikatnya adalah menekankan pada peseta didik baik secara
individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip secara holistic dan autentik. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan memerlukan berbagai sarana prasarana, bahan ajar, sumber belajar,
dan media pembelajaran pendukung yang cukup bagi proses pembelajaran.
1.
Bahan ajar
Bahan ajar
memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran
tematik. Oleh karena pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan perpaduan
dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam, maka dalam
pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif
dibandingkan dengan pembelajarn monolitik. Dalam satuan topic pembelajarn,
diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standar kompetensi
yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.
Sumber belajar
utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik dapat berbentuk teks
tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas
atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, limgkungan sosial
sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan
mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan
dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus.
Bahan yang sudah
terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokam dan disusun ke dalam indikator dari
kompetensi dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai,
seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang
isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
2. Sarana
dan prasarana penunjang
Dalam pembelajaran tematik
diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya
relative sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan
tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran tematik, guru harus memilih
secara jeli media yang akan digunakan, dalam hali ini media tersebut harus
memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang
terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang
direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien
jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.
3. Sumber
belajar
Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional
dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil
belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output), namun juga
dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang
dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang
ilmu yang dipelajarinya.
4. Pengembangan
media pembelajaran
Pembelajaran tematis pada dasarnya
memerlukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga
akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
Keuntungan dari media pembelajaran
antara lain:
1. Gairah
belajar meningkat
2. Siswa
berkembang menurut minat dan kecepatan nya
3. Interaksi
langsung dengan lingkungan
4. Memberikan
perangsang dan mempersamakan penglaman
5. Menimbulkan
persepsi akan sebuah konsep sama
C.
Model
pengaturan ruangan
Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar
suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang ini meliputi:
1. Ruang
perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan
2. Susunan
bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan
pembelajaran yang sedang berlangsung
3. Peserta
didik tidak selalu duduk dikursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
4. Kegiatan
hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun diluar
kelas
5. Dinding
kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan
dimanfaatkan sebagai sumber belajar
6. Alat,
sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik
untuk menggunakan dan menyimpannya kembali
D.
Strategi
Pemilihan Metode
Metode
merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi
menunjuk pada sebuah perancanaann untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian,
suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
Metode pembelajaran merupakan bagian
dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, meguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
Sesuai dengan karakteristik
pembelajaran tematis, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan
berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multimetode. Misalnya percobaan,
main peran, tanya jawab, demonstrasi dan bercakap-cakap (diskusi)
1. Metode
diskusi
Muhibbin Syah (2006) mendefinisikan
bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungan nya
dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut
sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized
recitation)
2. Metode
tanya jawab
Metode tanya jawab ialah metode
mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way
traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbale balik secara langsung antara guru dan siswa.
3. Metode
demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relavan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan
4. Metode
percobaan
Metode percobaan adalah metode
pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percobaan. (syaiful Bahri Djamarah, 2006)
5. Metode
simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seakan- akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan
tertentu.